KAPAL LAUT = MANUSIA
"nenek moyangku orang pelaut
gemar
mengarung luas samudra
menerjang
ombak tiada takut
menempuh
badai sudah biasa
angin
bertiup layar terkembang
ombak
berdebur di tepi pantai
pemuda
b'rani bangkit sekarang
ke
laut kita beramai-ramai
- Lagu Anak2 Nusantara
Ketika gw denger lagu itu,yang
ada d bayangan gw adalah orang2 indonesia jaman dulu naik kapal pinisi. Kapal
model asli indonesia berasal dr suku bugis. Menurut skrip I Lontarak chronicle
La lagaligo, Kapal yang sudah ada sejak tahun 1500an ini, memiliki banyak perlambang2
keren baik dr bentuk kapal,jumlah layar maupun dari pembuatannya penuh dengan
perlambang2 positif dan bernilai budaya. Seperti jumlah layar nya yang ada
2 besar yang berartikan 2 kalimah
syahadat dan ada 7 layar kecil yang memiliki perlambang surah alfatihah.
Btw,Pernah denger ga sih yang
dulu namanya phinisi nusantara? Dulu kapal itu terkenal banget,d masa kecil gw.
Sebuah project besar bangsa indonesia yang ditujukan untuk membanggakan
indonesia di acara expo tahun 1986 di kanada.
Kenapa gw tertarik bahas kapal?
Karena menurut gue, manusia itu seperti kapal laut.
Setiap kapal laut punya tujuan
dan fungsinya masing2. Kapal penangkap ikan untuk menangkar ikan di laut agar
dpt dikonsumsi oleh smua yang ada di darat. Kapal perang untuk melindungi wilayah
negara, dan banyak fungsi kapal. Kapal itu pasti ada tujuannya,ada koordinat
yang mesti dicapai. Sepertinya tujan Allah menciptakan planet yang namanya bumi
ini memang spesial. Kalo dilihat dari persentase daratan dengan lautan,ternyata
lebih besar luas lautan. Sekitar 70 persen luas bumi adalah lautan ( menurut
sumber stastistik.ptkpt.net ) Dan lebih spesial lagi, buat manusia yang
hidupnya di negara kepulauan seperti indonesia (satu2nya atau ada yg lain?
–jepang-) yang dimana walaupun wilayah daratan kita terpisah oleh perairan, tp
kita tetep satu. Seperti semboyan indonesia,Bhinneka tunggal ika..kita
seharusnya makin menyadari apa yg kita harus baca dr bentuk bumi yang lebih
banyak lautan.
Lautan itu seperti gambaran dr
ilmu tuhan, ketika lo hanya meminum air nya yg berada di permukaan,lo g akan
dpt pelepas dahaga,lo akan slalu ngrasa haus walaupun meminum sebanyak apapun.
Begitu juga ketika lo belajar ilmu Tuhan hanya dr permukaannya aja,yang ada
hanyalah pertentangan,perbedaan malah bisa menimbulkan perselisihan. Akan
tetapi beda ketika lo menyelam ke dalam dasar laut, smua hal2 yg berguna ada di
dalamnya,pemandangan terumbu karang yang indah,beberapa ikan yang dagingnya
nikmat skali dimakan,rumput lautnya juga skrg diolah dan jadi makanan
favorit,begitu juga ketika lo belajar melihat ilmu Tuhan dari hakekat yg
diajarkan lo akan menemukan samudra ilmu pengetahuan yang g akan habis2nya :)
Gw pernah membahas di bab
sebelumnya, bahwa kehidupan itu mengalir seperti sungai, dan manusia menjadi
nahkoda di perahunya. Itu baru contoh kecil, karena perumpamaan sungai dan
perahu itu seperti kehidupan pribadi. Seperti visi dan misi pribadi. Tapi kalo
bicara laut dan kapalnya, maka gw ingin memberi contoh yang lebih luas. Sungai
selalu bermuara di laut. Begitu juga kehidupan pribadi kita. Visi dan misi kita
secara pribadi, pada akhirnya harus mengalir juga di laut yang maha luas. Ini
berarti, visi dan misi pribadi kita, pada akhirnya akan bermuara ke rahasia
kehidupan yang jauh lebih luas lagi. Seluruh sungai di unia ini, pada akhirnya
disatukan di laut. Begitu juga, kita sebagai manusia. Yang awalnya punya misi
sendiri-sendiri, punya impian sendiri-sendiri, pada akhirnya toh harus
berkumpul juga di lautan luas ini.
Sebagai ‘sungai’, apa yang kita
bawa ke laut? Apakah kita hanya akan membawa sampah, lumpur, dan kotoran ke
laut? Ataukah kita akan membawa mineral dan unsur-unsur kehidupan yang membuat
laut menjadi sumber kehidupan? Semua menjadi pilihan kita sendiri. Yang harus
kita ingat, apapun yang buang ke laut, tak akan pernah merubah kebesaran laut
itu sendiri.
Kembali lagi tentang kapal, yang
mengarungi laut, maka kita sebagai manusia akan menjalani kehidupan dan hikmah
yang lebih luas. Jika sungai diibaratkan kehidupan duniawi, maka laut adalah
adalah kehidupan duniawi dan kehidupan akherat sekaligus. Permukaan laut selalu
tampak sama. Tapi ia menyimpan rahasia maha megah yang tak pernah terpikirkan
manusia. Makhluk-makhluk yang hidup di dalamnya mungkin jauh lebih beragam
ketimbang yang ada di darat. Laut terlihat seperti memisahkan daratan, tetapi
sebenarnya laut itu menyatukan daratan pula. Ia adalah jembatan menuju ke
pulau-pulau lain. Menuju kehidupan yang berbeda. Menuju budaya, dan keunikan
yang berbeda di daratan yang lain.
Begitu pula hikmah kehidupan.
Agama, suku, atau ras, adalah daratannya. Laut sebagai jembatannya adalah
bagaikan hikmah yang sama. Jika kita menyelami laut ‘hikmah’ itu, kita akan
menyadari bahwa bumi merupakan satu kesatuan yang unik, yang tampak tercerai
berai, tapi sebenarnya disatukan oleh kesamaan yang nyata.
Dan kapalnya adalah diri kita
sendiri. Kita lah nahkodanya. Orang Indonesia di jaman dahulu kala, telah mampu
menjelajahi dunia-dunia lain di belahan bumi ini, dengan ketangguhan dan
ketangkasannya menguasai kapal dan ilmu kelautan. Perahu Phinisi telah mampu
‘merajai’ lautan, membuktikan bahwa bangsa Indonesia, bukanlah bangsa yang
terbelakang dan ketinggalan. Bangsa ini dulunya maju secara teknologi, dan
budaya. Dan kapal phinisi adalah buktinya yang paling jelas. Hal ini semakin
memacu gw untuk memperbaiki diri agar menjadi nahkoda kapal Phinisi gw sendiri.
Menjelajahi kehidupan dengan gagah, penuh tantangan, penuh petualangan yang
menegangkan namun mengasyikkan. Mengarungi laut kehidupan yang penuh rahasia,
dengan segala tantangan badai dan ombaknya. Gw pengen jadi nahkoda kapal
phinisi gw sendiri yang mampu mengunjungi tempat-tempat penuh misteri,
mempelajari budaya orang, mengenal mereka lebih dalam, dan mengikat tali
persaudaraan.
Dan laut adalah ‘jembatan’ untuk
semua itu. ‘Jembatan’ yang terbentuk dari ribuan dan bahkan jutaan aliran
sungai yang mengalir dari daratan yang berbeda-beda. Semua bersatu di laut.
Menandakan bahwa semua unsur daratan yang berbeda-beda dan berjauhan ini, toh
pada akhirnya menyatu di lautan. Menunjukkan bahwa walaupun manusia
berbeda-beda, pada akhirnya mereka mempunyai sebuah kesatuan yang sama.
Pelajarilah ilmu kapal lo
sendiri. Ilmu laut lo sendiri. Lo yang paling tahu arah kehidupan yang ingin lo
tuju. Lo paling tahu dermaga mana yang paling ingin lo singgahi. Lo paling tahu
daratan asing mana yang ingin lo jelajahi. Tetapi lo gak akan bisa melakukan
itu semua sebelum lo menguasai ilmu tentang kapal kehidupan lo sendiri. Tentang
ilmu laut hikmah hidup sendiri.
Kapal phinisi dan laut yang luas
ini telah memberi pemahaman kepada gw, bahwa hal manusia harus punya segala hal
untuk mampu mengarungi kehidupannya sendiri. Jika nggak, ia bakal terseret
arus, karena gak tau cara mengendalikan kapalnya. Ia bakal terhantambadai,
karena gak tahu cara membaca cuaca, ia bakal terhantam ombak, karena gak tau
cara membaca gejala lautan.
Pada akhirnya, sejarah kecil
tentang perahu phinisi yang merajai lautan di masa lalu, bukanlah sebuah
kebanggan semu. Ia memberi pelajaran, dan memberi inspirasi. Agar kita, sebagai
pribadi, mampu bersatu dalam keaneka ragaman yang unik, untuk saling mengenal,
memahami, berinteraksi, dan pada akhirnya saling memberi kebaikan. Karena tak
seperti penjelajah pada umumnya yang kemudian menindas, dan menguasai, para
nahkoda kapal phinisi tak pernah sedikitpun membuat kerusakan di dalam
perjalanannya.
Inilah jiwa orang Indonesia
sesungguhnya. Kita pantas malu. Dan kita harus belajar.
Soulful yus!!! Keren nih,, sukses terus dunia akhirat ya bro... :)
ReplyDeletethanks rann..amien ya allah terharu ama doanyaa
ReplyDelete